Jumat, 17 Desember 2021

Perpustakaan Masih Perlu kah?

Perpustakaan Masih Perlu kah? 




Pembicara 1 Pro

Jenis perpustakaan yang dikenal di dunia ada empat yakni perpustakaan konvensional, perpustakaan hybrid, bookless library, dan digital library. Kami tim pro memberi batasan bahwa yang dimaksud perpustakaan dalam mosi ini adalah perpustakaan konvensional. Adapun yang memerlukan perputakaan adalah pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan konvensional adalah perpustakaan yang memiliki koleksi cetak dengan ruang untuk koleksi dan pemustaka, serta bisa diakses di tempat.

Saya setuju, jika perpustakaan masih diperlukan. Berdasarkan data UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Minat baca masyarakat Indonesia terhitung memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca (https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/pengamat-minat-baca-indonesia-rendah-budaya-tutur-lebih-tinggi/). Upaya yang dilakukan pemerintah seharusnya menumbuhkan minta baca masyarakat lebih dulu. Hal itu bisa dilakukan dengan merevitalisasi perpustakaan yang ada. Jadi perpustakaan jelas masih diperlukan. Perpustakaan yang direvitalisasi baik dari tempat, koleksi, dan pelayanan untuk menarik minat baca masyarakat.

 

Pembicara 1 Kontra

Anda mengatakan bahwa pemerintah harus merevitalisasi perpustakaan. Menurut saya tindakan itu kurang tepat karena tidak ada jaminan jika sudah direvitalisasi minat baca masyarakat akan tumbuh. Daripada melakukan revitalisasi lebih merancang perpustakaan digital yang mudah diakses. Jadi untuk era digital sekarang ini perpustakaan konvensional sudah tidak lagi diperlukan. Masyarakat terutama pelajar harus segera beralih dari perpustakaan konvensional ke digital karena efektivitas waktu, kemudahan akses, dan hemat biaya.

 

Pembiacara 2 Pro

Memang benar perpustakan digital lebih efektif dan efiesien terkait waktu, biaya, dan tenaga. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua pelajar mempunyai gawai yang mumpuni untuk mengakses perpustakaan digital. Bukan hanya gawai, koneksi internet pun juga harus stabil untuk bisa mengakses perpus digital dengan lancar. Kedua hal itu menurut saya belum sepenuhnya terpenuhi khususnya bagi pelajar sekolah dan pelajar yang berada di tempat terpencil. Bahkan beberapa media menjelaskan bahwa kecepatan koneksi internet dinilai masih lambat (https://tekno.sindonews.com/read/342216/207/kecepatan-internet-di-indonesia-masih-cupu-ada-di-urutan-121-1613901732, https://tekno.sindonews.com/read/342216/207/kecepatan-internet-di-indonesia-masih-cupu-ada-di-urutan-121-1613901732, https://www.researchgate.net/publication/276101400_Deskripsi_Kualitas_Layanan_Jasa_Akses_Internet_di_Indonesia_dari_Sudut_Pandang_Penyelenggara). Jadi perpustakaan konvensional jelas masih diperlukan.

 

Pembicara 2 Kontra

Perpustakaan digital berupa laman resmi yang di dalamnya terdapat berbagai koleksi buku elektronik. Untuk mengakses perpustakaan digital jelas tidak seberat mengakses youtube. Seperti yang kita ketahui netizen Indonesia mengakses youtube jumlahnya sangat banyak (https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/07/05/mantap-hampir-seluruh-netizen-indonesia-adalah-pengguna-youtube, https://tekno.kompas.com/read/2021/02/24/17020027/pengguna-medsos-di-indonesia-habiskan-25-jam-per-bulan-untuk-nonton-youtube, https://www.idntimes.com/hype/entertainment/erfah-nanda-2/video-paling-trending-di-youtube-indonesia-sepanjang-tahun-2021-ini).

Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa netizen Indonesia tidak kesulitan apabila meraka mengakses perpustakaan digital. Menurut saya perpustakan konvensional tidak lagi diperlukan karena ada perpustakaan digital yang lebih praktis, efektif dan efisien. Dengan adanya perpustakaan digital maka akan memudahkan pemerintah dalam meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Selalin itu akses membagikan buku, artikel, atau hasil penelitian dalam bentuk elektronik jelas lebih mudah daripada bentuk cetak.

 

Pembicara 3 Pro

Pembicara 2 tim kontrak kurang memperhatikan apa yang disampaikan tim kami terkait rangking minat baca masyarakat Indonesia. Dengan minat baca yang rendah harusnya pemerintah menumbuhkan minat baca. Buku cetak jelas yang lebih diperlukan untuk menarik minat baca bukan dengan buku elektronik terlebih di kalangan pelajar. Maka dari itu pemerintah harus membuat perpustakan konvensional mebaik itu di sekolah, kampus, atau daerah yang lebih lengkap koleksi bukunya dan mampu menarik minat baca.

 

Pembicara 3 Kontra

Tidak ada jaminan perpus konvensional yang koleksi bukunya lengkap mampu menarik minat baca. Pelajar dan mahasiswa sekarang terlahir di era digital. Mereka sudah terbiasa dengan gawai. jadi pemerintah harusnya menyesuaikan dengan perkembangan era digital. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mensosialisasi dan mengajarkan kepada sekolah atau pemerintah daerah terkait bagaimana merancang perpustakaan digital yang mudah diakses terutama oleh kalangan pelajar, mahasiswa, atau bahkan masyarakat pada umumnya.

 

Kesimpulan Tim Kontra

Era serakarang adalah era digital. Pelajar dan mahasiswa sudah terbiasa dengan gawai mereka. Media sosial juga sering mereka akses setiap harinya. Dua aspek yang sudah terpenuhi untuk dapat mengakses dan memaksimalkan perpustakaan digital. Selain itu kelebihan perpustakaan digital juga sudah kami jelas pada sesi sebelumnya. Atas dasar itu tim kami tidak setuju dengan adanya perpustakaan konvensional di era sekarang.

 

Kesimpulan Tim Pro

Memang sekarang era digital. Hampir setiap pelajar atau mahasiswa memiliki gawai. Akan tetapi kepemilikan gawai tidak menunjukkan peningkatan minat baca yang signifikan. Yang harus dilakukan pemerintah adalah menarik dan meningkatkan minat baca lebih dulu. Hal itu bisa dilakukan dengan merevitalisasi dan menambah perpustakaan konvensional. Membaca buku cetak lebih nyaman dan fokus serta lebih meningkatkan minat baca daripada membaca buku berbentuk elektronik.  


 Adam Nuryadin, 18 Desember 2021 


0 komentar:

Posting Komentar