Perpustakaan Masih Perlu kah?
Pembicara
1 Pro
Jenis perpustakaan yang
dikenal di dunia ada empat yakni perpustakaan konvensional, perpustakaan
hybrid, bookless library, dan digital library. Kami tim pro memberi batasan
bahwa yang dimaksud perpustakaan dalam mosi ini adalah perpustakaan
konvensional. Adapun yang memerlukan perputakaan adalah pelajar dan mahasiswa.
Perpustakaan konvensional adalah perpustakaan yang memiliki koleksi cetak
dengan ruang untuk koleksi dan pemustaka, serta bisa diakses di tempat.
Saya setuju, jika
perpustakaan masih diperlukan. Berdasarkan data UNESCO, Indonesia menempati
urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah.
Minat baca masyarakat Indonesia terhitung memprihatinkan, hanya 0,001%.
Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca
(https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/pengamat-minat-baca-indonesia-rendah-budaya-tutur-lebih-tinggi/).
Upaya yang dilakukan pemerintah seharusnya menumbuhkan minta baca masyarakat
lebih dulu. Hal itu bisa dilakukan dengan merevitalisasi perpustakaan yang ada.
Jadi perpustakaan jelas masih diperlukan. Perpustakaan yang direvitalisasi baik
dari tempat, koleksi, dan pelayanan untuk menarik minat baca masyarakat.
Pembicara
1 Kontra
Anda mengatakan bahwa
pemerintah harus merevitalisasi perpustakaan. Menurut saya tindakan itu kurang
tepat karena tidak ada jaminan jika sudah direvitalisasi minat baca masyarakat
akan tumbuh. Daripada melakukan revitalisasi lebih merancang perpustakaan
digital yang mudah diakses. Jadi untuk era digital sekarang ini perpustakaan
konvensional sudah tidak lagi diperlukan. Masyarakat terutama pelajar harus
segera beralih dari perpustakaan konvensional ke digital karena efektivitas
waktu, kemudahan akses, dan hemat biaya.
Pembiacara
2 Pro
Memang benar perpustakan
digital lebih efektif dan efiesien terkait waktu, biaya, dan tenaga. Namun,
perlu diperhatikan bahwa tidak semua pelajar mempunyai gawai yang mumpuni untuk
mengakses perpustakaan digital. Bukan hanya gawai, koneksi internet pun juga
harus stabil untuk bisa mengakses perpus digital dengan lancar. Kedua hal itu
menurut saya belum sepenuhnya terpenuhi khususnya bagi pelajar sekolah dan
pelajar yang berada di tempat terpencil. Bahkan beberapa media menjelaskan
bahwa kecepatan koneksi internet dinilai masih lambat
(https://tekno.sindonews.com/read/342216/207/kecepatan-internet-di-indonesia-masih-cupu-ada-di-urutan-121-1613901732,
https://tekno.sindonews.com/read/342216/207/kecepatan-internet-di-indonesia-masih-cupu-ada-di-urutan-121-1613901732,
https://www.researchgate.net/publication/276101400_Deskripsi_Kualitas_Layanan_Jasa_Akses_Internet_di_Indonesia_dari_Sudut_Pandang_Penyelenggara).
Jadi perpustakaan konvensional jelas masih diperlukan.
Pembicara
2 Kontra
Perpustakaan digital
berupa laman resmi yang di dalamnya terdapat berbagai koleksi buku elektronik.
Untuk mengakses perpustakaan digital jelas tidak seberat mengakses youtube.
Seperti yang kita ketahui netizen Indonesia mengakses youtube jumlahnya sangat
banyak
(https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/07/05/mantap-hampir-seluruh-netizen-indonesia-adalah-pengguna-youtube,
https://tekno.kompas.com/read/2021/02/24/17020027/pengguna-medsos-di-indonesia-habiskan-25-jam-per-bulan-untuk-nonton-youtube,
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/erfah-nanda-2/video-paling-trending-di-youtube-indonesia-sepanjang-tahun-2021-ini).
Berdasarkan hal tersebut
jelas bahwa netizen Indonesia tidak kesulitan apabila meraka mengakses
perpustakaan digital. Menurut saya perpustakan konvensional tidak lagi
diperlukan karena ada perpustakaan digital yang lebih praktis, efektif dan
efisien. Dengan adanya perpustakaan digital maka akan memudahkan pemerintah
dalam meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Selalin itu akses
membagikan buku, artikel, atau hasil penelitian dalam bentuk elektronik jelas
lebih mudah daripada bentuk cetak.
Pembicara
3 Pro
Pembicara 2 tim kontrak
kurang memperhatikan apa yang disampaikan tim kami terkait rangking minat baca
masyarakat Indonesia. Dengan minat baca yang rendah harusnya pemerintah
menumbuhkan minat baca. Buku cetak jelas yang lebih diperlukan untuk menarik
minat baca bukan dengan buku elektronik terlebih di kalangan pelajar. Maka dari
itu pemerintah harus membuat perpustakan konvensional mebaik itu di sekolah,
kampus, atau daerah yang lebih lengkap koleksi bukunya dan mampu menarik minat
baca.
Pembicara
3 Kontra
Tidak ada jaminan perpus
konvensional yang koleksi bukunya lengkap mampu menarik minat baca. Pelajar dan
mahasiswa sekarang terlahir di era digital. Mereka sudah terbiasa dengan gawai.
jadi pemerintah harusnya menyesuaikan dengan perkembangan era digital. Upaya
yang bisa dilakukan adalah dengan mensosialisasi dan mengajarkan kepada sekolah
atau pemerintah daerah terkait bagaimana merancang perpustakaan digital yang
mudah diakses terutama oleh kalangan pelajar, mahasiswa, atau bahkan masyarakat
pada umumnya.
Kesimpulan
Tim Kontra
Era serakarang adalah era
digital. Pelajar dan mahasiswa sudah terbiasa dengan gawai mereka. Media sosial
juga sering mereka akses setiap harinya. Dua aspek yang sudah terpenuhi untuk
dapat mengakses dan memaksimalkan perpustakaan digital. Selain itu kelebihan
perpustakaan digital juga sudah kami jelas pada sesi sebelumnya. Atas dasar itu
tim kami tidak setuju dengan adanya perpustakaan konvensional di era sekarang.
Kesimpulan
Tim Pro
Memang sekarang era digital. Hampir setiap pelajar atau mahasiswa memiliki gawai. Akan tetapi kepemilikan gawai tidak menunjukkan peningkatan minat baca yang signifikan. Yang harus dilakukan pemerintah adalah menarik dan meningkatkan minat baca lebih dulu. Hal itu bisa dilakukan dengan merevitalisasi dan menambah perpustakaan konvensional. Membaca buku cetak lebih nyaman dan fokus serta lebih meningkatkan minat baca daripada membaca buku berbentuk elektronik.
Adam Nuryadin, 18 Desember 2021
0 komentar:
Posting Komentar