Selasa, 21 Desember 2021

Perkembangan Teknologi dan Kaitannya dengan Tujuan Pembelajaran

 

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MENDUKUNG TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN

Perkembangan teknologi mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Hal itu memberikan pengaruh positif diantaranya,

1.       Sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak Perkembangan teknologi memunculkan media massa khususnya media elektronik seperti jaringan internet, media online, laboratorium komputer di sekolah. Semua itu sangat membantu baik bagi pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses dan tujuan pembelajaran.

2.       Dampak dari hal ini adalah guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga siswa dalam belajar tidak perlu terlalu terpaku terhadap informasi yang disampaikan oleh guru. Siswa bisa mengakses materi pelajaran langsung dari internet. Oleh karena itu, guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3.       Proses pembelajaraan menjadi efektif dan efisien. Perkembangan teknologi membuat Pembelajaran akan lebih efektif dan menarik. Hal tersebut dapat membantu guru dalam menyampaikan materi melalui media visual/audio visual, penggunaan waktu akan lebih efisien.

4.    Peningkatan Proses Pembelajaran. Perkembangan teknologi seperti kamera digital, proyektor, perangkat lunak, komputer, presentasi PowerPoint, alat visualisasi 3D, semua ini telah menjadi sumber daya besar bagi guru untuk membantu siswa untuk memahami konsep dengan mudah. Harus dipahami bahwa penjelasan visual dari konsep akan membuat proses belajar lebih bervariasi. Mereka dapat lebih berpartisipasi dalam kelas dan bahkan guru mendapatkan kesempatan untuk membuat kelas mereka lebih interaktif dan menarik.

Dari semua dampak positif tersebut, jelas perkembangan teknologi mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TIDAK MENDUKUNG TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN

Perkembangan teknologi tidak mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Hal itu memberikan pengaruh negatif diantaranya.

1.       Perkembangan teknologi (misalnya internet) memberikan kemudahan akses bagi siswa. Siswa yang tidak bisa memanfaatkan internet justru akan terlena dan menyebabkan siswa tidak fokus terhadap tujuan belajar.

2.       Pemanfaatan teknologi, seperti penggunaan gadget, laptop dengan jaringan internet, cenderung membuat siswa menjadi pribadi yang malas belajar, terkadang banyak diantara mereka yang hanya menghabiskan waktu untuk mencari kesenangan semata (seperti bermain game online, facebook, youtube, instagram, twitter,Tik Tok, dan lain-lain) bukan untuk menambah pengetahuan, yang semuanya itu akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa.

3.    Malas. Teknologi membuat siswa kurang produktif dan malas. Sebuah keyakinan bahwa mesin pencari selalu ada, telah membuat siswa tidak sabar. Mereka hanya melakukan copy paste informasi untuk menyelesaikan tugas dengan cepat.

4.    Curang. Perkembangan teknologi seperti kalkulator grafik, jam tangan berteknologi tinggi, kamera mini, handphone dan peralatan serupa telah menjadi sumber untuk berbuat curang dalam ujian. Hal ini lebih mudah bagi siswa untuk menulis rumus dan catatan pada kalkulator grafik.

5.    Kurang fokus. SMS atau pesan singkat telah menjadi hobi favorit banyak siswa. Siswa terlihat bermain dengan ponsel mereka siang dan malam, bahkan saat berada dalam kelas. Menjadi selalu terhubung ke dunia online telah mengakibatkan kurangnya fokus dan konsentrasi di bidang akademik, bahkan dalam olahraga dan kegiatan ekstra kurikuler. Hal ini tentu tidak mungkin untuk membaca atau belajar pelajaran yang sulit pada saat yang sama saat chatting dengan teman, tetap login medis sosial dan atau saat bermain game.

Dari semua dampak negatif tersebut, jelas perkembangan teknologi tidak mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Continue reading Perkembangan Teknologi dan Kaitannya dengan Tujuan Pembelajaran

Jumat, 17 Desember 2021

Perpustakaan Masih Perlu kah?

Perpustakaan Masih Perlu kah? 




Pembicara 1 Pro

Jenis perpustakaan yang dikenal di dunia ada empat yakni perpustakaan konvensional, perpustakaan hybrid, bookless library, dan digital library. Kami tim pro memberi batasan bahwa yang dimaksud perpustakaan dalam mosi ini adalah perpustakaan konvensional. Adapun yang memerlukan perputakaan adalah pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan konvensional adalah perpustakaan yang memiliki koleksi cetak dengan ruang untuk koleksi dan pemustaka, serta bisa diakses di tempat.

Saya setuju, jika perpustakaan masih diperlukan. Berdasarkan data UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Minat baca masyarakat Indonesia terhitung memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca (https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/pengamat-minat-baca-indonesia-rendah-budaya-tutur-lebih-tinggi/). Upaya yang dilakukan pemerintah seharusnya menumbuhkan minta baca masyarakat lebih dulu. Hal itu bisa dilakukan dengan merevitalisasi perpustakaan yang ada. Jadi perpustakaan jelas masih diperlukan. Perpustakaan yang direvitalisasi baik dari tempat, koleksi, dan pelayanan untuk menarik minat baca masyarakat.

 

Pembicara 1 Kontra

Anda mengatakan bahwa pemerintah harus merevitalisasi perpustakaan. Menurut saya tindakan itu kurang tepat karena tidak ada jaminan jika sudah direvitalisasi minat baca masyarakat akan tumbuh. Daripada melakukan revitalisasi lebih merancang perpustakaan digital yang mudah diakses. Jadi untuk era digital sekarang ini perpustakaan konvensional sudah tidak lagi diperlukan. Masyarakat terutama pelajar harus segera beralih dari perpustakaan konvensional ke digital karena efektivitas waktu, kemudahan akses, dan hemat biaya.

 

Pembiacara 2 Pro

Memang benar perpustakan digital lebih efektif dan efiesien terkait waktu, biaya, dan tenaga. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua pelajar mempunyai gawai yang mumpuni untuk mengakses perpustakaan digital. Bukan hanya gawai, koneksi internet pun juga harus stabil untuk bisa mengakses perpus digital dengan lancar. Kedua hal itu menurut saya belum sepenuhnya terpenuhi khususnya bagi pelajar sekolah dan pelajar yang berada di tempat terpencil. Bahkan beberapa media menjelaskan bahwa kecepatan koneksi internet dinilai masih lambat (https://tekno.sindonews.com/read/342216/207/kecepatan-internet-di-indonesia-masih-cupu-ada-di-urutan-121-1613901732, https://tekno.sindonews.com/read/342216/207/kecepatan-internet-di-indonesia-masih-cupu-ada-di-urutan-121-1613901732, https://www.researchgate.net/publication/276101400_Deskripsi_Kualitas_Layanan_Jasa_Akses_Internet_di_Indonesia_dari_Sudut_Pandang_Penyelenggara). Jadi perpustakaan konvensional jelas masih diperlukan.

 

Pembicara 2 Kontra

Perpustakaan digital berupa laman resmi yang di dalamnya terdapat berbagai koleksi buku elektronik. Untuk mengakses perpustakaan digital jelas tidak seberat mengakses youtube. Seperti yang kita ketahui netizen Indonesia mengakses youtube jumlahnya sangat banyak (https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/07/05/mantap-hampir-seluruh-netizen-indonesia-adalah-pengguna-youtube, https://tekno.kompas.com/read/2021/02/24/17020027/pengguna-medsos-di-indonesia-habiskan-25-jam-per-bulan-untuk-nonton-youtube, https://www.idntimes.com/hype/entertainment/erfah-nanda-2/video-paling-trending-di-youtube-indonesia-sepanjang-tahun-2021-ini).

Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa netizen Indonesia tidak kesulitan apabila meraka mengakses perpustakaan digital. Menurut saya perpustakan konvensional tidak lagi diperlukan karena ada perpustakaan digital yang lebih praktis, efektif dan efisien. Dengan adanya perpustakaan digital maka akan memudahkan pemerintah dalam meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Selalin itu akses membagikan buku, artikel, atau hasil penelitian dalam bentuk elektronik jelas lebih mudah daripada bentuk cetak.

 

Pembicara 3 Pro

Pembicara 2 tim kontrak kurang memperhatikan apa yang disampaikan tim kami terkait rangking minat baca masyarakat Indonesia. Dengan minat baca yang rendah harusnya pemerintah menumbuhkan minat baca. Buku cetak jelas yang lebih diperlukan untuk menarik minat baca bukan dengan buku elektronik terlebih di kalangan pelajar. Maka dari itu pemerintah harus membuat perpustakan konvensional mebaik itu di sekolah, kampus, atau daerah yang lebih lengkap koleksi bukunya dan mampu menarik minat baca.

 

Pembicara 3 Kontra

Tidak ada jaminan perpus konvensional yang koleksi bukunya lengkap mampu menarik minat baca. Pelajar dan mahasiswa sekarang terlahir di era digital. Mereka sudah terbiasa dengan gawai. jadi pemerintah harusnya menyesuaikan dengan perkembangan era digital. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mensosialisasi dan mengajarkan kepada sekolah atau pemerintah daerah terkait bagaimana merancang perpustakaan digital yang mudah diakses terutama oleh kalangan pelajar, mahasiswa, atau bahkan masyarakat pada umumnya.

 

Kesimpulan Tim Kontra

Era serakarang adalah era digital. Pelajar dan mahasiswa sudah terbiasa dengan gawai mereka. Media sosial juga sering mereka akses setiap harinya. Dua aspek yang sudah terpenuhi untuk dapat mengakses dan memaksimalkan perpustakaan digital. Selain itu kelebihan perpustakaan digital juga sudah kami jelas pada sesi sebelumnya. Atas dasar itu tim kami tidak setuju dengan adanya perpustakaan konvensional di era sekarang.

 

Kesimpulan Tim Pro

Memang sekarang era digital. Hampir setiap pelajar atau mahasiswa memiliki gawai. Akan tetapi kepemilikan gawai tidak menunjukkan peningkatan minat baca yang signifikan. Yang harus dilakukan pemerintah adalah menarik dan meningkatkan minat baca lebih dulu. Hal itu bisa dilakukan dengan merevitalisasi dan menambah perpustakaan konvensional. Membaca buku cetak lebih nyaman dan fokus serta lebih meningkatkan minat baca daripada membaca buku berbentuk elektronik.  


 Adam Nuryadin, 18 Desember 2021 


Continue reading Perpustakaan Masih Perlu kah?